BAB 1
Dera dan Nicky dua sahabat dengan karakter yang bertolak belakang tapi mereka akrab, solid dan kompak. Dera anak yang cantik. Tubuhnya tinggi semampai. Memiliki sepasang mata yang indah dengan dua bola mata yang hitam dan bening laksana batu akik dan dihiasi alang-alang bulu mata yang lentik. Hidungnya mancung. Bibirnya kecil mungil berwarna merah murni. Kulitnya putih, mulus kontras dengan rambutnya yang panjang tergerai hitam.
Tapi Dera itu anaknya manja, cengeng, penakut dan selalu ingin menang sendiri. Maklumlah, anak tunggal seorang pengusaha kaya. Jadi, kedua orang tuanya teramat sangat memanjakan Dera, bisa dibilang saking dimanjanya luka sedikit aja langsung dibawa ke dokter. Apa aja mau Dera, pasti langsung dituruti, nggak ada yang pernah bikin Dera merasa bersedih karena hidupnya selalu menyenangkan, nggak ada beban pikiran.
Berbeda dengan Nicky, cewek yang satu ini justru kebalikannya dari Dera, pemberani dan cuek. Preman pasar aja berani di lawannya jadi nggak ada cowok iseng yang mau berbuat macam-macam sama dia. Nicky anak bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya laki-laki, makanya Nicky agak tomboy. Selain jago karate, Nicky juga jago olahraga, ya atletik, basket, dia kuasai sampe-sampe Nicky pengen bisa main sepak bola.
Sebenarnya Nicky itu anak yang cantik tapi dia nggak pernah mau perduliin sama keadaan dirinya, mau item, mau kulitnya kasar itu nggak ada pengaruhnya kalau buat Dera ada jerawat nongol di mukanya satu aja dia udah uring-uringan kayak kebakaran jenggot. Dera rajin banget perawatan dari ujung ujung kaki ke ujung kepala pasti dirawatnya kalau Nicky dari pada disuruh perawatan di salon yang bakalan ngabisin waktu berjam-jam, dia sih lebih seneng ngabisin waktunya buat main basket atau sekedar main game dirumahnya.
Yang bisa bikin Dera dan Nicky deket itu karena Nicky ngelindungin Dera banget, bisa dibilang Nicky itu kayak kakaknya Dera, kalau ada apa-apa sama Dera, Nicky yang bakalan bertindak soalnya Dera itu tipe anak yang nggak bisa nyelesain masalahnya sendiri paling bisanya juga nangis jadi harus selalu ada yang ngebantu Dera. Dan cuma Nicky yang mau bela-belain apa aja buat Dera, apalagi karena emang ortu Nicky sama ortu Dera udah kenal lama.
Dera juga baik sama Nicky. Dera rajin bikin salinan catatan buat Nicky, kalau anak itu harus izin nggak masuk pelajaran karena harus latihan buat persiapan pertandingan olahraga, atau ikutan naik gunung bareng anak-anak pecinta alam.
Nicky emang kalah pintar dari Dera tapi Dera selalu sabar ngajarin Nicky sampai dia benar-benar ngerti. Tapi ada satu hal yang bikin Nicky nggak mau jauh dari Dera, soalnya Dera rajin banget ngebayarin dia makan, kadang-kadang kalau Dera beli baju, sandal atau sepatu, Dera juga suka beliin buat Nicky tapi harus model yang sama biar kembaran, Dera senang banget kalau ada mereka pake barang samaan.
***
“De!” Dera terkejut melihat Nicky yang tiba-tiba muncul didepannya. “Pagi-pagi udah ngelamun, ngelamunin apa sih?”
“Nicky, bikin kaget aja.” Dera yang tidak mengira hari ini Nicky akan datang ke sekolah, hanya menarik nafas panjang melepaskan rasa terkejutnya.
“Lagian pagi-pagi udah ngelamun. Tadi kok kamu ninggalin aku sih, De?”
“Kemarin bilangnya nggak mau sekolah, capek habis naik gunung.” Lagian biasanya juga kan begitu, kalau habis naik gunung besoknya Nicky pasti malas sekolah.
“Sekarang kan lain, De, minggu UTS.” Diletakkannya tas ranselnya diatas meja. Dia lalu menghempaskan bokongnya ke kursi sebelah Dera.
“Ky, tahu nggak sih, ada kabar nyebelin tentang kita loh.”
“Soal apa?” Nicky bertanya dengan santai padahal Dera sudah gelisah dengan kabar yang dia punya sekarang ini.
Kabar yang membuat Dera merinding mendengarnya.
“Katanya kita lesbian.” Dera berbisik.
“Siapa sih yang ngomong? Aku nggak pernah denger tuh?” Kali ini Nicky mulai serius menanggapi kabar yang dibawa Dera. Tentu saja dia tanggapi dengan serius karena kabar itu sudah membuatnya jadi marah sekarang.
“Beritanya nyebar waktu kamu naik gunung kemarin, Ky.”
“Siapa yang berani ngomong gitu?! Kasih tahu aku!!”
“Aku sih nggak tahu dari siapa? tapi aku dengernya dari Patra.”
Nicky menggebrak meja. Lalu dia pergi tanpa bicara apa-apa lagi.
Dera merasa cemas, dia segera mengikuti kemana perginya Nicky. Ternyata Nicky mendatangi kelas Patra, dia menghampiri Patra yang lagi ada didalam kelasnya tanpa permisi.
“Tra! Siapa yang nyebarin gosip kalau gue sama Dera lesbian?!”
Patra yang terkejut karena pagi-pagi sudah ditodong pertanyaan dengan suara keras, sampai tertegun sesaat, kemudian barulah dia menebah dadanya.
“Gue sih nggak tahu pasti, tapi katanya ….” Patra celingukan lalu dia berbisik.
“Donna.” Mata Nicky membelalak.
“Si biang keringet sialan! Dasar tuh anak! Dari dulu dendam dia ama gue, gara-gara kakaknya gue tolak!” Nicky segera pergi ke kelas Donna yang ada disebelah kelas Patra. “Heh! Mana Donna?!” tanya Nicky sama cowok-cowok yang ada dikelas itu.
“Di kantin tuh.” Seseorang menjawab.
Nicky segera pergi ke kantin. Dera sejak tadi terus mengikuti kemana Nicky pergi. Sebelum tiba di kantin Nicky bertemu Donna and the gang didepan lab bahasa, langsung aja Nicky melabrak Donna.
“Heh, Donald! Elu berani ngomong apa sama temen-temen gue?!”
“Ngomong apaan sih lu?! Nggak ada angin, nggak ada ujan, pagi-pagi udah kayak orang kebakaran bulu ketek aja.”
“Eh, jangan pake ngeles lu, ya?! elu ‘kan yang bilang gue sama Dera itu lesbian!”
“Aduh… husband-nya Dera marah-marah tuh.” Ujar Donna dengan gaya mengejek. “Emang iya, elu sama Dera lesbian ‘kan? buktinya sampe sekarang elu sama Dera nggak punya pacar.” Dengan geram Nicky menarik kerah baju Donna.
“Sembarangan elu ngomong ya! Gue ini normal! Awas lu kalau berani ngomong kayak gitu sekali lagi!”
“Elu mau apa? Lesbian.” Nicky yang udah mau pergi lalu berbalik. Didekatinya Donna lalu dengan sekuat tenaga dia injak kaki Donna dengan kencang.
“Aduh!” Donna berteriak kesakitan.
“Itu upah buat cewek ember kayak elu yang sukanya ngomongin orang!” setelah berkata begitu Nicky lalu pergi. Untung aja hari masih pagi jadi pertengkaran itu nggak harus ketahuan guru, kalau nggak mereka bisa-bisa dipanggil ke ruang BP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar