Bolehkah aku menulis, menulis namamu dalam bongkahan hatiku
Dengan pahat emas
Aku tak akan perduli walau itu sakit, walau hatiku hancur akibatnya
Tapi aku tetap ingin mengukirnya
Dan menyimpannya sebagai kenangan
walau suatu hari nanti kan ada nama lain di hatiku
Tapi namamu tetap kan berada di sisi hatiku yang terdalam
Tak perlu kau tanya mengapa
Karena bagiku kau amat berarti
Bagai pagar yang kan melindungi bunga dari terpaan angin
Begitulah hadirmu untukku
Bagai cahaya yang menyinari hati ini
Itulah pertama kalinya kujumpa denganmu
Tiga belas tahun yang lalu
Hadirmu menebar senyum dibibirku
Menggetarkan jantungku
Wajahku merona merah dadu
Aku pun tersipu malu
Kala kupandang wajah yang demikian rupawan
Terbetik tanya di hati
“Siapakah pemilik wajah rupawan ini?”
Sungguh hatinya pun sama tampannya
Sebelah tangan ini bahkan telah terulur
Ingin menyapa
Ingin bertanya
Namun kuurungkan niat
Karena kemudian kutahu kau bukan kumbangku
Kau hanya sepenggal cerita dalam hidupku
Namun Meski hanya semenit getar itu kurasakan
Keindahan lebih berarti tiga belas tahun lamanya
Rangkasbitung, September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar